Perang keluarga Bharata atau Baratayudha adalah puncak
dari perseteruan yang terjadi antara Pandawa dan Kurawa. Semua bermula karena
pihak Kurawa yang berambisi untuk menguasai Astinapura secara penuh kemudian
melakukan segala cara untuk menyingkirkan Pandawa yang sebenarnya merupakan
saudara mereka. Semua usaha tersebut sebenarnya menemui kegagalan hingga hari
terjadinya perang Baratayudha di padang Kurusetra yang berlangsung selama 18
hari. Perang ini adalah puncak dari kisah Mahabharata, yaitu sebuah dongeng
pewayangan terkenal dari India.
Sejarah perang Baratayudha ada dua versi, yaitu
berasal dari judul sebuah naskah kakawin yang berbahasa Jawa Kuno. Ditulis
oleh Mpu Sedah atas perintah Maharaja Jayabaya, Raja Kediri pada 1157,
merupakan simbol dari perang saudara yang terjadi antara Kerajaan Kediri
dan Jenggala yang keduanya masih merupakan keturunan Raja Erlangga. Perang
saudara yang terjadi antara kedua kerajaan itu ditulis dalam kitab dan
digambarkan seperti di kisah Mahabharata yang merupakan karya Vyasa. Versi
lainnya yang akan dibahas disini berasal dari kisah Mahabharata dari India.
Ketahuilah mengenai sejarah Kerajaan Kediri, sejarah Candi Dieng yang
merupakan salah satu dari candi Hindu di Indonesia.
Penyebab Perang Baratayudha
Untuk mengetahui dan memahami penyebab perang Baratayuda,
kita perlu menelusuri sejarah asal muasal kelompok Pandawa dan Kurawa terlebih
dulu. Karena banyaknya tokoh dan faktor yang terlibat, penyebab perang
Baratayuda tidak bisa digambarkan dengan satu kalimat sederhana saja. yang Asal
usul masalah yang menjadi akar dan penyebab dari perang ini antara lain:
1. Persyaratan Satyawati
Awal mulanya harus kita lihat dari kisah Raja Sentanu,
yang ingin mempersunting Satyawati , istri keduanya yang memberi syarat agar
keturunannya yang memegang hak atas tahta Astinapura. Sentanu tidak dapat
memenuhi hal tersebut karena ia telah memiliki Bisma, putranya dengan Dewi
Gangga. Bisma kemudian berjanji kepada Satyawati bahwa ia tidak akan mengklaim
tahta bahkan tidak akan menikah selamanya asalkan Satyawati mau menikah dengan
ayahnya. Maka dari Sentanu dan Satyawati lahir dua putra, Citranggada yang
menggantikan Sentanu menjadi Raja Kuru dan adiknya Wicitrawirya.
Citranggada tewas dalam pertempuran dengan raja
Gendarwa licik yang memiliki nama sama dengannya, yang menantangnya karena
tidak mau tersaingi dengan raja lain bernama sama. Wicitrawirya kemudian
menggantikan kakaknya sebagai Raja Kuru karena Citranggada tidak memiliki istri
atau keturunan. Wicitrawirya kemudian menikah dengan Ambika dan Ambalika lalu
mati dalam usia muda karena penyakit paru – paru tanpa memiliki anak. Kedua
jandanya kemudian memiliki anak dalam ritual dengan Resi Byasa, yaitu
Dretarastra putra Ambika dan Pandu putra Ambalika.
2. Dendam Gendari
Kisah ini bermula dari Pandu, yang membawa tiga orang
wanita ke Astinapura, yaitu Kunti, Gendari dan Madrim. Pandu kemudian
mempersilakan kakaknya Dretarastra yang buta untuk memilih salah satu wanita
tersebut. Dretarastra memilih dengan menimbang berat ketiganya, lalu ia memilih
Gendari karena memiliki bobot paling berat. Menurutnya, wanita yang berbobot
berat akan mudah melahitkan banyak anak sesuai keinginannya. Hal ini
menyebabkan Gendari sakit hati kepada Pandu sehingga bersumpah bahwa
keturunannya akan menjadi musuh bagi anak – anak Pandu kelak.
3. Konflik Di Masa Kanak – Kanak
Anak – anak Pandu dari Kunti dan Madri yang berjumlah
lima orang disebut Pandawa, dan anak – anak Dretarastra dan Gendari yang
berjumlah seratus orang tepatnya 99 putra dan 1 putri disebut Kurawa.
Persaingan sudah terjadi sejak mereka semua masih kanak – kanak. Semuanya
tinggal bersama – sama di dalam satu kerajaan di Astinapura. Konflik dimulai
ketika Duryudana, putra tertua Kurawa menginginkan tahta Dinasti Kuru untuk
dirinya dan merasa tidak mungkin mendapatkannya jika masih ada anak – anak
Pandawa. Mulailah berbagai niat jahat timbul dalam diri Duryudana untuk
menyingkirkan Pandawa dan ibunya, yang ia lakukan bersama Sangkuni, adik dari
Gendari.
4. Percobaan Pembunuhan Pandawa
Duryudana dan pamannya berusaha menyingkirkan
Yudhistira yang berhak menjadi Raja dan juga semua Pandawa lainnya dengan
berbagai cara, termasuk melalui percobaan pembunuhan. Duryudana membuat alat
pesta yang mudah terbakar dan mengundang Pandawa serta Kunti untuk berpesta.
Disana mereka akan diminta untuk mengonsumsi minuman yang sudah dicampur obat
tidur. Walaupun demikian, Pandawa dilindungi oleh pamannya Widura dan Kresna,
sepupu mereka sehingga selalu selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Widura
membocorkan rencana Duryudana. Pandawa dan ibunya kemudian melarikan diri
ke hutan dan mengembara.
5. Keberadaan Drupadi dan Kesalahan Yudistira
Kedatangan Drupadi juga turut menjadi salah satu
penyebab perang Baratayuda. Dalam pelariannya, Pandawa mendengar akan
diadakannya sayembara di Kerajaan Panchala, dan siapapun pemenangnya akan
menikahi putri Raja Panchala yaitu Drupadi. Sayembara berupa pertandingan
memanah tersebut diikuti oleh Arjuna yang kemudian memenangkannya. Ketika
Arjuna dan Bima membawa Drupadi pulang, mereka berkata telah mendapatkan hadiah
yang terbaik. Kunti yang tidak mengetahui apa yang dibawa pulang lalu menyuruh
mereka membagi rata sehingga Drupadi menjadi istri dari kelima Pandawa.
Setelah pernikahan dengan Drupadi, Pandawa kembali ke
kerajaan. Agar tidak terjadi lagi pertikaian maka kerajaan Kuru dibagi menjadi
dua. Kurawa mendapatkan kerajaan utama di Astinapura sedangkan Pandawa
mendapatkan Kurujanggala yang beribukota Indraprastha. Duryudana yang
berkunjung ke istana Indraprastha yang megah tercebur ke kolam yang dikiranya
lantai, lalu ditertawakan oleh Drupadi.
Duryudana yang dendam kepada Drupadi mencoba membalas
dengan mengajak Yudistira yang sangat suka bermain dadu. Ia menyusun siasat
licik agar Yudistira kalah dengan berbagai taruhan yang dimulai dari hal kecil
sampai membuat Pandawa kehilangan harta dan kerajaannya. Pada akhirnya, Drupadi
juga menjadi bahan taruhan. Kekalahan Pandawa membuat Duryudana bebas untuk
mempermalukan Drupadi dengan mencoba menelanjanginya di depan umum. Namun
berkat bantuan Kresna, selalu ada lapisan pakaian dibawah pakaian Drupadi yang
dibuka oleh Dursasana, adik Duryudana. Bima yang marah bersumpah akan membunuh
Dursasana dan meminum darahnya.
6. Pengasingan Pandawa
Setelah semua usaha yang gagal, maka Kurawa mencoba
menipu para Pandawa dengan permainan dadu lagi. Syaratnya siapapun yang kalah
harus meninggalkan istana selama 13 tahun. Yudistira kembali terkecoh.
Kelicikan permainan menyebabkan Pandawa kalah sehingga mereka harus angkat kaki
dari istana ke hutan. Dretarastra berjanji bahwa ia akan menyerahkan tahta
kepada Yudistira setelah ia kembali kelak. Namun setelah masa pengasingan
berakhir, Duryudana tidak mau menyerahkan tahtanya.
Maka Pandawa yang masih bersabar hanya meminta bagian
sebanyak lima buah desa, namun itu pun ditolak mentah – mentah oleh Duryudana.
Perilaku Duryudana tersebut akhirnya membuat Pandawa tidak bisa lagi menahan
diri untuk berperang dan menjadi penyebab perang Baratayuda. Perang yang
terjadi di Padang Kurusetra tersebut amat dahsyat dan luar biasa juga
menimbulkan banyak sekali korban jiwa. Penyebab perang Baratayuda tersebut
berakhir dengan sepuluh ksatria yang bertahan hidup, yaitu kelima Pandawa,
Yuyutsu, Satyaki, Aswatama, Krepa dan Kertawarma. Yudhistira pada akhirnya
dinobatkan sebagai Raja Kuru, dan menyerahkan tahta setelah beberapa lama kepada
Parikesit, cucu Arjuna.
Kelima Pandawa dan Drupadi kemudian mendaki gunung
Himalaya untuk menjadi tujuan akhir perjalanan hidup mereka. Keempat Pandawa
dan Drupadi meninggal di perjalanan, tinggal Yudistira sendiri yang berhasil
mencapai puncak Himalaya dan diizinkan oleh Dewa Dharma untuk masuk surga
sebagai manusia. Kisah Mahabharata ini memiliki unsur – unsur agama Hindu,
sebagaimana sejarah candi
arjuna, sejarah candi
dieng, dan beberapa candi
Hindu di Indonesia serta Candi
peninggalan agama Hindu yang juga ada di negara kita.
Berlangsungnya Perang
Baratayudha
Sejarah perang Baratayudha berlangsung di Padang
Kurusetra, yang dianggap sebagai tempat suci bagi penganut agama Hindu. Arti
dari Kurusetra sendiri adalah ‘daratan Kuru’ yang disebut dengan nama lain
Dharmakshetra atau ‘daratan keadilan’. Konon karena kesuciannya maka dosa –
dosa apapun yang dilakukan di padang ini pasti akan terampuni. Pertempuran yang
berlangsung selama 18 hari ini dimulai saat matahari terbit dan harus segera
diakhiri saat matahari terbenam. Pertempuran tersebut adalah peperangan sampai
mati, maka ksatria yang berhasil mempertahankan nyawanya adalah pemenang. Aturan
perang Baratayudha yang disebut sebagai Dharmayuddha ditetapkan kedua belah
pihak adalah:
§ Pertempuran
dimulai saat matahari terbit dan berhenti saat matahari terbenam.
§ Pertempuran
harus dilakukan satu lawan satu, tidak boleh mengeroyok prajurit yang sendirian.
§ Dua
ksatria diizinkan bertempur secara pribadi jika memiliki senjata atau kendaraan
yang sama, misal kuda, gajah atau kereta.
§ Prajurit
yang menyerahkan diri tidak boleh dibunuh,
§ Prajurit
yang menyerahkan diri harus menjadi tawanan perang atau budak
§ Tidak
boleh melukai atau membunuh ksatria yang tidak bersenjata.
§ Tidak
boleh membunuh atau melukai prajurit yang sedang tidak sadar.
§ Tidak
boleh melukai atau membunuh orang yang tidak ikut dalam peperangan atau
binatang.
§ Tidak
boleh melukai dari belakang atau membunuh
§ Tidak
diizinkan menyerang wanita.
§ Ada
peraturan khusus untuk setiap jenis senjata, misal dilarang memukul bagian
pinggang ke bawah ketika sedang menggunakan gada.
§ Tidak
berperang dengan curang.
Aturan dalam sejarah perang Baratayudha ini sayangnya
walaupun telah disepakati, tetap saja dilanggar oleh kedua belah pihak. Awal
sejarah perang Baratayudha adalah dengan pengangkatan pimpinan perang dari
kedua pihak. Drestadyumna adalah panglima perang Pandawa, dan mereka
mendapatkan sekutu dari seluruh kerajaan di India Utara. Sedangkan Bhisma
didaulat sebagai panglima perang Kurawa. Bisma setuju dengan harapan bahwa ia
dapat turut melindungi para Pandawa dengan cara tersebut. Pandawa yang memiliki
jumlah pasukan lebih kecil membentuk Formasi Bajra yang memungkinkan pasukan
kecil menyerang pasukan yang lebih besar. Sedangkan Kurawa memiliki sebelas
divisi.
Akhir
Perang Bharatayudha
Kemenangan dan kekalahan silih berganti dialami oleh
Pandawa dan Kurawa selama hari – hari pertempuran Baratayudha tersebut sampai
pada hari kesepuluh ketika Pandawa menyusun strategi baru untuk mengalahkan
Bisma. Srikandi ditempatkan di kereta Arjuna, dan Arjuna akan menyerang Bisma
dari belakangnya. Srikandi adalah seorang wanita yang berubah menjadi pria,
karena itu ia digunakan sebagai tameng karena Bisma akan merasa segan untuk
menyerangnya. Selain itu Srikandi juga merupakan reinkarnasi Dewi Amba, wanita
yang meninggal karena disakiti oleh Bisma dan telah bersumpah akan terlahir
kembali sebagai pembunuh Bisma.
Ketika melihat Srikandi, Bisma menyadari bahwa
akhirnya sudah dekat dan tidak memberikan perlawanan berarti. Arjuna
memanfaatkan hal itu dengan meluncurkan anak – anak panah yang menembus zirah
Bisma hingga ke dagingnya. Bisma mampu bertahan hidup dengan ratusan panah yang
menancap ke tubuhnya karena ia diberi anugerah untuk menentukan waktu
kematiannya sendiri sehingga ia masih sempat memberi wejangan ke para cucunya
yang berperang hingga menyaksikan kekalahan Kurawa.
Hampir semua prajurit dari kedua belah pihak tewas,
dari pihak Pandawa hanya ada tujuh senopati yang bertahan hidup diantaranya
kelima Pandawa, Yuyutsu, dan Satyaki. Sedangkan dari pihak Kurawa, hanya
tersisa tiga senopati yang hidup yaitu Aswatama, Krepa, dan Kertawarma.
Yudhistira pada akhirnya dinobatkan sebagai Raja Hastinapura dan setelah
beberapa lama menyerahkan tahta kepada Parikesit, cucu Arjuna. Ia bersama para
Pandawa dan Drupadi melakukan perjalanan spiritual dan mendaki gunung
Himalaya sebagai tujuan akhir dari perjalanan mereka. Drupadi dan keempat
Pandawa lainnya meninggal dalam perjalanan tersebut hingga tersisa Yudhistira
yang berhasil mencapai puncak, kemudian dianugerahkan masuk surga oleh Dewa
Dharma.
Penyebab Perang Baratayuda
Untuk mengetahui dan memahami penyebab perang Baratayuda,
kita perlu menelusuri sejarah asal muasal kelompok Pandawa dan Kurawa terlebih
dulu. Karena banyaknya tokoh dan faktor yang terlibat, penyebab perang
Baratayuda tidak bisa digambarkan dengan satu kalimat sederhana saja. yang Asal
usul masalah yang menjadi akar dan penyebab dari perang ini antara lain:
No comments:
Write comments