Tuesday, March 19, 2019

SEJARAH KESULTANAN DEMAK, KERAJAAN ISLAM PERTAMA DI JAWA



Kesultanan Demak atau Kerajaan Demak adalah Kerajaan Islam pertama dan terbesar di Jawa, dalam sepanjang sejarah kerajaan di Nusantara. Kerajaan Demak terletak di pantai utara Jawa(“pesisir). Menurut cerita tutur ataupun tradisi Jawa, Demak pada awalnya merupakan Kadipaten dari kerajaan Majapahit, kemudian setelah Majapahit runtuh menjadi kekuatan baru dan menjadi salah satu kekuatan yang mewarisi Majapahit.

Awal Mula berdirinya
Menjelang akhir abad ke-15, seiring kemunduran Majapahit lalu beberapa wilayah kekuasaan Majapahit mulai memisahkan diri, dan wilayah-wilayah tersebut yang terdiri dari kadipaten-kadipaten saling berdiri sendiri , saling serang dan saling mengklaim sebagai pewaris Majapahit. Menurut sumber tradisi bahwa Majapahit runtuh pada tahun 1478 pada masa pemerintahan Girindrawarddhana secara resminya dan runtuh akibat serangan kerajaan Demak. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Fatah atas dukungan dan restu oleh Para Walisongo. Diperkirakan kerajaan ini berdiri sekitar tahun 1478 M. Sebelum menjadi Kerajaan Demak, awalnya kawasan ini merupakan daerah kekuasaan Kerajaan Majapahit pada masa Brawijaya V. kala itu, Demak merupakan sebuah kadipaten yang lebih dikenal dengan nama “Glagah Wangi” yang menjadi wilayah dari Kadipaten Jepara. Yang waktu itu merupakan satu-satunya yang memiliki adipati yang beragama Islam, lalu setelah kerajaan Majapahit mengalami kemunduran, Demak mulai memisahkan diri hingga dengan restu dan dukungan walisongo, Raden Fatah mendirikan Kerajaan Demak.
Kerajaan Demak memiliki posisi yang strategis, oleh karena itu dengan cepat menjadi pusat perdagangan dan pusat pendidikan, banyak orang dating ke Demak untuk menuntut ilmu dan berdagang. Karena diapit oleh pelabuhan Kerajaan Mataram Kuno dan pelabuhan di Jepara.
Berdirinya Kerajaan Demak ditandai dengan adanya condro sengkolo “Sirno Ilang Kertaning Bumi”. Sinangkelan Kerajaan Demak yaitu “Geni Mati Siniram Janmi” yang memiliki arti tahun saka 1403 atau 1481 M. Menurut cerita Rakyat, pada saat berkunjung ke Glagah Wangi orang pertama yang dijumpai oleh Raden Fatah adalah Nyai Lembah. Nyai Lembah ini berasal dari Rawa pening. Atas saran yang diberikan oleh Nyai Lembah ini, Raden Fatah bermukim di desa Glagah wangi yang saat ini lebih dikenal dengan nama “Bintoro Demak”. Pada perkembangannya, bintoro Demak inilah yang menjadi ibu kota Negara Kerajaan Demak.
asal usul Kota Demak ada beberapa pendapat yang menyatakan. Beberapa pendapat tersebut antara lain adalah:
1.      Menurut Prof. Purbotjaroko, Demak berasal dari kata Delemak. Yang artinya tanah yang mengandung air ( rawa)
2.      Menurut Prof. R.M. Sutjipto Wiryosuparto, Demak berasal dari bahasa kawi yang artinya pegangan atau pemberian.
3.      Menurut Sholichin salam dalam bukunya “sekitar walisongo “ menyatakan bahwa prof. Dr.Hamka berpendapat , Kota Demak adalah berasal dari bahasa arab “ Dimak” yg artinya air mata . menggambarkan kesulitan dalam menegakkan Agama Islam pada waktu itu.
Raja pertama Kerajaan Demak adalah Raden Patah bergelar Senapati Jumbung Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama, lalu setelah menjadi raja Demak bergelar Sultan Alam Akbar al Fatah. Sumber lain mengatakan bahwa Raden Patah memerintah di Demak tahun 1500-1518. Jika Raden Patah dilahirkan pada 1455 di Palembang, maka saat menjadi Raja Demak beliau umur 45 tahun. Raden Patah pula yang mengubah nama Glagah Wangi menjadi Demak, dengan Bintoro sebagai ibukota dari Kerajaan Demak.
Raden Patah turun tahta pada tahun 1518, dikarenakan wafat. Raden Fatah memiliki 3 istri dan dari kketiga istrinya memiliki 5 anak, yakni Raden Surya dikenal juga dengan nama Pati Unus atau Pangeran Sabrang Lor, Raden Trenggana dari istri pertama yakni Putri Bong Swi Hoo (maksudnya putri sunan ampel). Raden Kanduruwan, yang kelak disebut-sebut sebagai Penakluk Sumenep [Madura] pada masa Demak diperintah Raden Trenggana atau Sultan Trenggana daari istri kedua yakni Putri Rangdu Sanga. Istri ketiga yakni Putri Dipati Jipang, Raden Patah kemudian memperoleh dua anak yaitu Raden Kikin atau Pangeran Sekar Seda Ing Lapen dan Ratu Mas Nyawa. Kelak Raden Kikin itu kemudian melahirkan Arya Penangsang , sementara Ratu Nyawa kelak menikah dengan anak Sultan Cirebon [Sunan Gunung Jati].
Setelah Raden Fatah wafat, Pati Unus atau lebih dikenal dengan sebutan Adipati Unus, karena sebelumnya memerintah kadipaten Jepara naik tahta. Pati Unus dikenal sebagai seorang panglima perang yang gagah dan berani, pada masa Raden Patah, Portugis mulai dating ke Nusantara dan mampu menguasai Malaka, Malaha merupakan pelabuhan penting di Nusantara, strategis dan salah satu pusat perdagangan di Nusantara, untuk itu Pati Unus pernah diperintah untuk membebaskan Malaka, perlawanan yang dibantu Kerajaan Aceh ini pun sayangnya gagal, karena beberapa kesalahan dan dengan peralatan yang tidak sebanding, peralatan perang utama dari Kerajaan di Nusantara hanyalah resep dari Kerajaan Majapahit dan belum ada pengembangan senjata lebih lanjut karena kemunduran yang ada di Nusantara. Pada saat Pati Unus menjadi Raja atau Sultan, hanya dengan kata-kata Pati Unus mampu melakukan blockade terhadap Portugis di Malaka, karena inilah Malaka menjadi sepi dan Portugis mengalami masalah, dank arena keberanian untuk menyerang Malaka, Pati Unus mendapatkan gelar Pangeran Sabrang Lor. Sayang Pati Unus yang memiliki wawasan Nusantara dan memiliki keinginan untuk menjadikan Demak kuat dalam Maritim hanya memerintah Kerajaan Demak selama 3 Tahun, dari 1518 sampai 1521. Wafat pada pertempuran di Malaka 1521 pada usia 41 tahun. Tidak jelas kenapa, Pati Unus tidak memiliki keturunan(sepanjang pengetahuan saya), entah karena anak-anaknya gugur di medan pertempuran di Malaka ataukah setelah pertempuran pertama di Malaka Pati Unus memang tidak memiliki keturunan, yang jelas tahta kerajaan tidak diberikan kepada anaknya dikarenakan tidak ada pewaris tahtanya.
Karena tidak memiliki pewaris tahta inilah terjadi kekisruhan dan perebutan kekuasaan setelahnya. Sepeninggal Pati Unus, Pangeran Trenggana dan Raden Kikin saling berebut tahta, dalam perebutan ini tentu kedua belah pihak punya dukungan masing-masing. Pada kelanjutan ceritanya, Raden Kikin dibunuh oleh Sunan Prawata(anak dari Pangeran Trenggana). Sementara Arya Penangsang(anak Raden Kikin) kemungkinan masih kecil karena dikisahkan Arya Penangsang memerintah Jipang sejak usia yang dini. Oleh karena meninggalnya Raden Kikin di sungai(tempat terjadinya pembunuhan) inilah Raden Kikin lebih dikenal dengan Pangeran Sekar Seda Ing Lapen, yang artinya Pangeran yang wafat di sungai. Bisa dikatakan, dari sinilah muncul benih-benih kebencian, karena Arya Penangsang kelak merasa patut untuk memang memperjuangkan haknya. Dalam perjalannya nanti, Arya Penangsang dengan kekuatannya membunuh Sunan Prawata(anak Sultan Trenggana) dan merebut kekuasaan.
Pada masa pemerintahan Sultan Trenggana dapat dikatakan merupakan masa keemasan atau masa kejayaan kerajaan Demak, tetapi juga bisa dikatakan lain karena berbeda dengan Pati Unus yang memiliki visi Nusantara, Sultan Trenggana lebih memilih untuk berusaha menyatukan Jawa dalam satu kekuasaan, padahal orang-orang jaman itu tentu masih teringat dengan masa Kerajaan Majapahit dan tidak dengan mudah mau tunduk kepada Sultan Trenggana(Demak). Sehingga Sultan Trenggana disibukkan dengan usaha mempersatukan Jawa. Pemerintahan Sultan Trenggana merupakan yang terlama sepanjang sejarah Kerajaan Demak, yakni 25 tahun dari 1521 hingga 1546. Wilayah kekuasaan yang mampu diperluas sampai Jawa Timur dan Jawa Barat, dan Sultan Trenggana merupakan pemimpin yang berperan dalam penyebaran adama Islam di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di masa kepemiminan Sultan Trenggana, Demak mampu menguasai daerah-daerah di Jawa. Tahun 1522 Sultan Trenggana mengirim pasukannya menuju Sunda Kelapa untuk mengalahkan Portugis di bawah pimpinan Fatahillah. Pada tahun 1527 barulah Sunda Kelapa bisa direbut oleh Kerajaan Demak. Maka sejak saat itu dinamakan Jayakarta maknanya kemenangan yang sempurna. serta itu menyerang Jawa Barat yakni Banten, Cirebon. Penyerangan ini di bawah pimpinan Fatahillah. Ketiganya berhasil ditaklukkan oleh Fatahillah. Mengadakan perkawinan politik juga dilakukan Sultan Trenggana. Pangeran Hadiri adipati Jepara dinikahkan dengan putrinya. Fatahillah dengan adiknya. Pangeran Pasarehan (Raja Cirebon) dengan putrinya. Serta Jaka Tingir adipati Pajang dengan putrinya.Pada tahun 1529 meluaskan kekuasaan dengan menaklukkan Madiun. Tahun 1545 menguasai Malang dan Blambangan.
Pada tahun 1546, Sultan Trenggana meninggal saat penaklukkan di Panarukan. Sultan Trenggana memanggil para panglima perang untuk membahas taktik. Pada saat itu pasukan Sultan Trenggana sudah mengepung Panarukan selama tiga bulan tetapi belum berhasil merebut kota. Saat itu putra Bupati Surabaya yang berusia 10 tahun ikut dalam rapat. Saat itu Sultan Trenggana tidak terlalu diperhatikan oleh anak tersebut. Sultan Trenggana pun marah dan memukulnya. Secara refleks anak tersebut mengambil pisau dan menikam Sultan Trenggana. Sepeninggal Sultan Trenggana. Kerajaan Demak diperintah oleh Raden Mukmin. Raden Mukmin dalam memerintah tidak terlalu memiliki keahlian politik. Bahkan cenderung sebagai ahli agama. Oleh karena itu Banten, Cirebon, Surabaya dan gresik lepas dari Kerajaan Demak dan membangun kerajaan sendiri. Raden Mukmin memiliki ambisi meluaskan kekuasaan ayahnya tapi sangat sulit karena pengetahuan politiknya yang kurang. Sehingga pada saat itu pusat kerajaan dipindahkan ke Prawata. Makanya beliau lebih dikenal dengan sebutan Sunan Prawoto. Dipindahkannya pusat pemerintahan ini maka mulailah masa Demak Prawata. Sunan Prawata lebih dikendalikan oleh Ratu Kalinyamat yang dari Jepara. Pada tahun 1549 Raden Mukmin beserta istri tewas terbunuh oleh anak Pangeran Sekar yaitu P. Arya Penangsang. Arya Penangsang pun naik tahta dan menjadi Raja Demak 5 Pengikut Arya Penangsang juga membunuh Pangeran Hadiri seorang adipati jepara(bisa juga dibilang ini tidak bisa disebut Kerajaan Demak lagi, karena Praktis kekuasaan dipindah ke Jipang). Akibat tindakannya itu Arya Penangsang tidak disukai oleh para adipati. Pada tahun 1554 terjadilah Pemberontakan dilakukan oleh Adipati Pajang Jaka Tingkir (Hadiwijoyo) untuk merebut kekuasaan dari Arya Penangsang. Dalam Peristiwa ini Arya Penangsang dibunuh oleh Sutawijaya, anak angkat Jaka Tingkir. Dengan terbunuhnya Arya Penangsang sebagai Raja Demak ke 5, maka berakhirlah era Kerajaan Demak. Jaka Tingkir memindahkan Pusat Pemerintahan ke Pajang dan mendirikan Kerajaan Pajang.

Dengan begitu praktis Kerajaan sudah tidak ada kerajaan Demak, Demak yang merupakan kerajaan Islam di Jawa dan terbesar, pelopor penyebaran Islam di Jawa juga di Nusantara.



3 comments:
Write comments
  1. Pelajaran sejarah memang sangat membosankan,,, tapi sebagai bangsa indonesia,, kita harus tau sejarah.. informasi yang sangat bgus mas,,

    kunjungi balik akktif.com banyak informasi menarik disana

    ReplyDelete
  2. Bagus artikelnya, mempelajari sejarah membuat ingat siapa kita,, bukankah penyebaran islam di jawa itu lewat walisongo ya??

    Mampir juga anakgblog.blogspot.com

    ReplyDelete