Wednesday, May 22, 2019

Download RPP PAI SMA/SMK Sederajat

RPP merupakan singkatan dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, yang menurut sumber yang saya baca, RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam Silabus. Lingkup Rencana Pelaksanaan Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) indikator atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sekurang-kurangnya memuat tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Manfaat dari adanya RPP ini adalah agar pembelajaran yang terjadi di dalam kelas dapat mencapai hasil maksimal, karena segala sesuatu yang telah direncanakan terlebih dahulu akan mendapatkan hasil terbaik.
Berikut adalah RPP PAI untuk SMA/SMK sederajat

Link Download
Download

Sunday, May 19, 2019

Cara Membuat Link Download mudah di Blog


Link download yang banyak dibagikan di blog membuat kita ingin tahu bagaimana cara membuatnya. Di sini saya akan membagikan cara membuat link download yang sederhana dan mudah tentu saja, mudah dibuat serta mudah didownload oleh pengunjung blog kita.
Dalam membuat link download dalam sebuah blog sebenarnya suatu hal yang mudah, ini adalah langkah-langkahnya, membuat link download dalam blog dengan google drive yang sederhana.
Berikut adalah langkah-langkahnya :
1.      Siapkan file yang akan ditaruh dalam link tersebut, link untuk berbagi. Yakni
a.       Masuk Google Drive dengan alamat drive.google.com
b.      Upload filenya
c.       Klik kanan pada file yang akan dibagikan
d.      Pilih dapatka link untuk dibagikan
2.      Langkah selanjutnya yakni, masuk kepada profil Blogger kita
3.      Pilih posting baru,
4.      Buat tulisan, lalu blok pada tulisan tersebut, biasanya para blogger membuatnya dengan “Download” atau “Di sini”, terserah agan.
5.      Lalu akan muncul jendela baru, masukkan link share dari google drive
6.      Klik ok
7.      Siap dibagikan
8.      Silahkan dibagikan

Itulah tadi cara membuat link download sederhana dengan google drive, jangan lupa kunjungi juga postingan yang lain dan semangat membaca. Salam Blogger.
Jangan lupa berkomentar ya, masukan dan kritikan sangat kami butuhkan dalam membangun blog kami. Ada yang ingin ditanyakan? Tanyakan saja.
Salam hangat


Tuesday, May 14, 2019

Siapa Ismail Marzuki? Yuk Kenalan Lebih Dekat




Ismail Marzuki adalah Pahlawan Nasional yang dikenal sebagai salah satu sang maestro musik Indonesia. Dari tangannya, banyak tercipta karya-karya lagu perjuangan yang sampai sekarang terus dinyayikan oleh rakyat Indonesia. Besarnya jasa Ismail Marzuki membuat pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Ismail Marzuki.
Bagaimana Kisahnya?
Masa Kecil
Ismail Marzuki lahir dan besar di Jakarta dari keluarga Betawi. Nama sebenarnya adalah Ismail, sedangkan ayahnya bernama Marzuki, sehingga nama lengkap beliau menjadi Ismail bin Marzuki. Namun, kebanyakan orang memanggil nama lengkapnya Ismail Marzuki, bahkan di lingkungan teman-temannya kerap dipanggil Mail, Maing atau bang Maing. Ia dilahirkan di kampung Kwitang, tepatnya di kecamatan Senen, wilayah Jakarta Pusat, pada tanggal 11 Maret 1914. Tiga bulan setelah Ismail dilahirkan, ibunya meninggal dunia. Sebelumnya Ismail Marzuki juga telah kehilangan 2 orang kakaknya bernama Yusuf dan Yakup yang telah mendahului saat dilahirkan. Kemudian beliau tinggal bersama ayah dan seorang kakaknya yang masih hidup bernama Hamidah, yang umurnya lebih tua 12 tahun dari Ismail. Ismail Marzuki dikenal memiliki bakat seni yang sulit dicari bandingannya. Sosoknya pun mengagumkan. Ia merupakan anak dari pasangan Marzuki dan Solechah.
Dalam biografi Ismail Marzuki, ia terkenal sebagai pemuda yang berkepribadian luhur dan tergolong anak pintar. Ismail sejak muda senang tampil necis. Bajunya disetrika licin, sepatunya mengkilat dan ia senang berdasi. Darah seni Ismail mengalir dari ayahnya, Marzuki, yang saat itu seorang pegawai di perusahaan Ford Reparatieer TIO.
Ayahnya, Marzuki dikenal gemar memainkan kecapi dan piawai melagukan syair-syair yang bernapaskan Islam. Jadi tidak aneh kalau kemudian Ismail sejak kecil sudah tertarik dengan lagu-lagu.
Orang tua Ismail Marzuki yakni Marzuki dan Solechah termasuk golongan masyarakat Betawa intelek yang berpikiran maju. Ismail Marzuki yang dipanggil dengan nama Ma’ing, sejak bocah sudah menunjukkan minat yang besar terhadap seni musik.
Pendidikan Ismail Marzuki
Ayahnya berpenghasilan cukup sehingga sanggup membeli piringan hitam dan gramafon yang populer disebut “mesin ngomong” oleh masyarakat Betawi tempo dulu. Ismail Marzuki disekolahkan ayahnya ke sebuah sekolah Kristen HIS Idenburg, Menteng.
Nama panggilannya di sekolah adalah Benyamin. Tapi kemudian ayahnya merasa khawatir kalau nantinya bersifat kebelanda-belandaan, Ismail Marzuki lalu dipindahkan ke Madrasah Unwanul-Falah di Kwitang. Beranjak dewasa, dia dibelikan ayahnya alat musik sederhana.
Bahkan tiap naik kelas Ismail Marzuki diberi hadiah harmonika, mandolin, dan gitar. Setelah lulus, ia masuk sekolah MULO dan membentuk grup musik sendiri. Di situ dia memainkan alat musik banyo dan gemar memainkan lagu-lagu gaya Dixieland serta lagu-lagu Barat yang digandrungi pada masa itu.
Setelah tamat MULO, Ismail Marzuki bekerja di Socony Service Station sebagai kasir dengan gaji 30 gulden sebulan, sehingga dia sanggup menabung untuk membeli biola. Namun, pekerjaan sebagai kasir dirasakan kurang cocok baginya.
Ia kemudian pindah pekerjaan dengan gaji tidak tetap sebagai verkoper (penjual) piringan hitam produksi Columbia dan Polydor yang berkantor di Jalan Noordwijk (sekarang Jalan Ir. H. Juanda) Jakarta.
Terjun Ke Dunia Musik
Ismail Marzuki memulai debutnya di bidang musik pada usia 17 tahun, ketika untuk pertama kalinya ia berhasil mengarang lagu "O Sarinah” pada tahun 1931. Ismail mempunyai kepribadian yang luhur di bidang seni. Tahun 1936, Mail memasuki perkumpulan orkes musik Lief Java sebagai pemain gitar, saxophone dan harmonium pompa.
Pada tahun 1940 Ismail Marzuki pun menikah dengan Eulis Zuraidah, seorang primadona dari klub musik yang ada di Bandung dimana Ismail Marzuki juga tergabung didalamnya. Pasangan ini kemudian mengadopsi seorang anak bernama Rachmi, yang sebenarnya masih keponakan Eulis.
Pada masa penjajahan Jepang, Ismail Marzuki turut aktif dalam orkes radio pada Hozo Kanri Keyku Radio Militer Jepang. Dan ketika masa kependudukan Jepang berakhir, Ismail Marzuki tetap meneruskan siaran musiknya di RRI. Selanjutnya ketika RRI kembali dikuasia Belanda pada tahun 1947, Ismail Marzuki yang tidak mau bekerja sama dengan Belanda dan memutuskan untuk keluar dari RRI. Ismail Marzuki baru kembali bekerja di radio setelah RRI berhasil diambil alih. Ia kemudian mendapat kehormatan menjadi pemimpin Orkes Studio Jakarta. Pada saat itu ia menciptakan lagu Pemilihan Umum dan diperdengarkan pertama kali dalam Pemilu 1955.
Beberapa karya Ismail Marzuki yang cukup dikenal antara lain:
- Tahun 1931, untuk pertama kalinya Ismail menciptakan lagu yang berjudul “Oh Sarinah” yang syairnya dibuat dalam bahasa Belanda.
- Tahun 1935, sewaktu berusia 21 tahun muncul karyanya dalam bentuk keroncong yang berjudul Keroncong Serenata.
- Tahun 1936, mencipta Roselani, judul ini membawa kita ke suasana romantis alam Hawaii di Samudra Pasifik.
- Tahun 1937, muncul lagu-lagu yang mengambil latar belakang “Hikayat 1001 Malam” berjudul Kasim Baba saat Ismail berusia 23 tahun; dan mencipta gubahan keroncong yang berjudul keroncong sejati bermodus minor bernafaskan melodi yang melankolis.
- Tahun 1938, mengisi ilustrasi musik film berjudul “Terang Bulan”. Di dalamnya ada 3 buah lagu, antara lain: Pulau Saweba, Di Tepi Laut, Duduk Termenung. Film ini dibintangi oleh Miss Rukiah, Kartolo, Raden Mochtar dan lain-lain. Pemuda Ismail turut berperan dalam film tersebut yakni bermain musik dengan rekan-rekannya sebagai pelengkap skenario. Film ini diputar di Malaya. Ismail bernyanyi untuk adegan Raden Mochtar sewaktu menyanyi.
- Tahun 1939, keluar ciptaan sebanyak 8 buah lagu, 2 lagu diantaranya berbahasa Belanda, yaitu: Als de Ovehedeen dan Als’t Meis is in de tropen. Sedang lagu-lagu Indonesianya adalah Bapak Kromo, Bandaneira, Olee lee di Kutaraja, Rindu Malam, Lenggang Bandung, Melancong ke Bali. Dalam periode ini Ismail belum menciptakan lagu-lagu perjuangan.
Membentuk Perikatan Radio Ketimuran (PRK)
Ketika Ismail Marzuki membentuk organisasi Perikatan Radio Ketimuran (PRK), pihak Belanda memintanya untuk memimpin orkes studio ketimuran yang berlokasi di Bandung (Tegal-Lega). Orkesnya membawakan lagu-lagu Barat.
Pada periode ini dia banyak mempelajari bentuk-bentuk lagu Barat, yang digubahnya dan kemudian diterjemahkannya ke dalam nada-nada Indonesia.
Sebuah lagu Rusia ciptaan R. Karsov diterjemahkan ke dalam bahasa Sunda menjadi “Panon Hideung”. Sebuah lagu ciptaannya berbahasa Belanda tapi memiliki intonasi Timur yakni lagu “Als de orchideen bloeien”.
Lagu ini kemudian direkam oleh perusahaan piringan hitam His Master Voice (HMV). Kelak lagu ini diterjemahkan lagi ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “Bila Anggrek Mulai Berbunga”.
Tahun 1940, Ismail Marzuki menikah dengan penyanyi kroncong Eulis Zuraidah. Pada Maret 1942, saat Jepang menduduki seluruh Indonesia, Radio NIROM dibubarkan diganti dengan nama Hoso Kanri Kyoku. PRK juga dibubarkan Jepang, dan orkes Lief Java berganti nama Kireina Jawa.
Menciptakan Lagu Perjuangan
Saat itu Ismail Marzuki mulai memasuki periode menciptakan lagu-lagu perjuangan. Mula-mula syair lagunya masih berbentuk puitis yang lembut seperti “Kalau Melati Mekar Setangkai”, “Kembang Rampai dari Bali” dan bentuk hiburan ringan, bahkan agak mengarah pada bentuk seriosa.
Dalam Biografi Ismail Marzuki diketahui bahwa ada periode 1943-1944, Ismail Marzuki menciptakan lagu yang mulai mengarah pada lagu-lagu perjuangan, antara lain “Rayuan Pulau Kelapa”, “Bisikan Tanah Air”, “Gagah Perwira”, dan “Indonesia Tanah Pusaka”.
Kepala bagian propaganda Jepang, Sumitsu, mencurigai lagu-lagu tersebut lalu melaporkannya ke pihak Kenpetai (Polisi Militer Jepang), sehingga Ismail Marzuki sempat diancam oleh Kenpetai. Namun, putra Betawi ini tak gentar. Perjuangan Ismail Marzuki selanjutnya pada 1945 menciptakan lagu “Selamat Jalan Pahlawan Muda”.
Setelah Perang Dunia II, ciptaan lagu Ismail marzuki terus mengalir, antara lain “Jauh di Mata di Hati Jangan” (1947) dan “Halo-halo Bandung” (1948). Ketika itu Ismail Marzuki dan istrinya pindah ke Bandung karena rumah mereka di Jakarta kena dihantam peluru mortir.
Ketika berada di Bandung selatan, ayah Ismail Marzuki di Jakarta meninggal. Ismail Marzuki terlambat menerima berita. Ketika dia tiba di Jakarta, ayahnya telah beberapa hari dimakamkan. Kembang-kembang yang menghiasi makam ayahnya dan telah layu, mengilhaminya untuk menciptakan lagu “Gugur Bunga”.
Lagu-lagu ciptaan lainnya mengenai masa perjuangan yang bergaya romantis tanpa mengurangi nilai-nilai semangat perjuangan antara lain “Ke Medan Jaya”, “Sepasang Mata Bola”, “Selendang Sutra”, “Melati di Tapal Batas Bekasi”, “Saputangan dari Bandung Selatan”, “Selamat Datang Pahlawan Muda”.
Lagu hiburan populer yang (kental) bernafaskan cinta pun sampai-sampai diberi suasana kisah perjuangan kemerdekaan. Misalnya syair lagu “Tinggi Gunung Seribu Janji”, dan “Juwita Malam”.
Lagu-lagu yang khusus mengisahkan kehidupan para pejuang kemerekaan, syairnya dibuat ringan dalam bentuk populer, tidak menggunakan bahasa Indonesia tinggi yang sulit dicerna. Simak saja syair “Oh Kopral Jono” dan “Sersan Mayorku”.
Lagu-lagu ciptaannya yang berbentuk romantis murni hiburan ringan, walaupun digarap secara populer tapi bentuk syairnya berbobot seriosa. Misalnya lagu “Aryati”, “Oh Angin Sampaikan. Tahun 1950 dia masih mencipta lagu “Irian Samba” dan tahun 1957 lagu “Inikah Bahagia” — suatu lagu yang banyak memancing tandatanya dari para pengamat musik.
Sampai pada lagu ciptaan yang ke 100-an, Ismail Marzuki masih merasa belum puas dan belum bahagia. Malah, lagu ciptaannya yang ke-103 tidak sempat diberi judul dan syair.
Lagu ciptaan karya Ismail Marzuki yang paling populer adalah Rayuan Pulau Kelapa yang digunakan sebagai lagu penutup akhir siaran oleh stasiun TVRI pada masa pemerintahan Orde Baru.
Ismail Marzuki mendapat anugerah penghormatan pada tahun 1968 dengan dibukanya Taman Ismail Marzuki, sebuah taman dan pusat kebudayaan di SalembaJakarta Pusat. Pada tahun 2004 dia dinobatkan menjadi salah seorang tokoh pahlawan nasional Indonesia.
Ia sempat mendirikan orkes Empat Sekawan. Selain itu ia dikenal publik ketika mengisi musik dalam film Terang Bulan.
Ismail Marzuki Wafat
Hingga Ma’ing alias Ismail Marzuki komponis besar Indonesia itu menutup mata selamanya pada 25 Mei 1958. Peran Ismail Marzuki terhadap sejarah musik Indonesia sangat vital, khususnya lagu-lagu perjuangan yang ia ciptakan.
Jasa Ismail Marzuki tersebut membuat pemerintah menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional Indonesia pada tahun 2014 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Nama Ismail Marzuki bahkan diabadikan ke dalam tempat pusat kesenian dan kebudayaan yang bernama Taman Ismail Marzuki.
Karya Lagu Ismail Marzuki
·         Aryati
·         Gugur Bunga
·         Melati di Tapal Batas (1947)
·         Wanita
·         Rayuan Pulau Kelapa
·         Sepasang Mata Bola (1946)
·         Bandung Selatan di Waktu Malam (1948)
·         O Sarinah (1931)
·         Keroncong Serenata
·         Kasim Baba
·         Bandaneira
·         Lenggang Bandung
·         Sampul Surat
·         Karangan Bunga dari Selatan
·         Selamat Datang Pahlawan Muda (1949)
·         Juwita Malam
·         Sabda Alam
·         Roselani
·         Rindu Lukisan
·         Indonesia Pusaka
·         Hari Lebaran
·         Halo, Halo Bandung

Referensi :



Wednesday, May 8, 2019

Wisata Bermanfaat di Semarang part 2


Wisata bermanfaat Semarang part 2
1.         PRPP- Pusat Rekreasi dan Promosi Pembangunan (PRPP) Jawa Tengah
Pusat Rekreasi dan Promosi Pembangunan (PRPP) Jawa Tengah berawal dari Pekan Raya Semarang (PRS) yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Semarang pada tahun 1970. Lokasi di Tegal Wareng di mana lokasi ini sekarang menjadi Taman Budaya Raden Saleh/TBRS. Event tersebut menyajikan hiburan kepada masyarakat sekaligus menjadi ajang pameran produk-produk pembangunan daerah maupun swasta.
Awal tahun 1980-an Pekan Raya Semarang diubah menjadi Pekan Raya dan Promosi Pembangunan (PRPP) Jawa Tengah. Tahun 1985 dibentu Yayasan PRPP. Dan dengan terbentuknya yayasan, kegiatan pameran dipindahkan dari TBRS ke kawasan Tawang Mas Semarang, pada tahun 1986. Menurut Perda Nomor 9 tahun 1993, pengelola PRPP tidak dapat menggunakan badan hukum berupa Yayasan, namun harus berbentuk Perseroan Terbatas. Maka pada 7 Maret 1995 Yayasan PRPP berubah PT. Pusat Rekreasi dan Promosi Pembangunan Jawa Tengah atau disingkat PT. PRPP Jawa Tengah.
Wahana, Event dan Fasilitas PRPP: Grand Maerakaca & Mangrove Tracking, Jateng Fair, Jateng Science Center, Balai Pertemuan indoor untuk Pameran, Seminar atau Special Event, area outdoor dan juga Sirkuit Balap ada di PRPP Jateng.
2.         Museum Kereta Api Ambarawa

Museum Kereta Api Ambarawa (ABR) adalah sebuah stasiun kereta api kelas I yang sekarang dialihfungsikan menjadi sebuah museum serta merupakan museum perkeretaapian pertama di Indonesia. Museum ini memiliki koleksi kereta api yang pernah berjaya pada zamannya. Museum ini secara administratif berada di Desa Panjang, Ambarawa, Semarang. Museum yang terletak pada ketinggian +474,40 meter ini termasuk dalam Daerah Operasi IV Semarang dan dikelola oleh Unit Pusat Pelestarian dan Desain Arsitektur PT Kereta Api Indonesiabekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
HTM
Anak-anak : Rp.5000
Dewasa : Rp. 10.000
3.         Museum MURI
Museum Rekor Dunia Indonesia didirikan atas prakarsa Jaya Suprana di kawasan industri Jamu JAGO Jalan Perintis Kemerdekaan Semarang pada 27 Januari 1990 dan diresmikan oleh Menko Polkam Soedomo dan Menko Kesra Soepardjo Roestam disaksikan oleh Ketua PMI Pusat Ibnu Soetowo dan Gubernur Jawa Tengah, HM Ismail. Museum Rekor Dunia Indonesia kemudian lebih popular dengan sebutan MURI yang diberikan oleh Soepardjo Roestam pada upacara peresmian MURI.
Gedung MURI sendiri berada di kawasan industri Jamu Jago Semarang. Luas ruang sekitar 600 m2 terdiri dari ruang ekshibisi data dan foto MURI, balai pertemuan dan ruang eskhibisi Museum Jamu Jago yang menampilkan foto-foto dan benda-benda bersejarah perusahaan yang pada tahun 1918 di desa Wonogiri, Jawa Tengah oleh TK Suprana. MURI merupakan lembaga pertama di Indonesia yang khusus menghimpun data-data rekor superlatif di Indonesia. Pendirian dan pelaksanaan kegiatan MURI didukung sepenuhnya oleh kelompok- usaha Jamu JAGO.
Rekor-rekor yang diciptakan masyarakat untuk MURI bukan hanya rekor-nasional namun juga rekor-dunia. Edisi perdana BUKU MURI atas prakarsa Wakil Ketua Umum MURI, Aylawati Sarwono akan diterbitkan PT Elex Komputindo, kelompok Gramedia pada HUT 19 dan ulang tahun ke-60 Pak Jaya Suprana.
Museum Rekor Dunia Indonesia terbuka untuk kunjungan umum tanpa dipungut biaya, setiap hari kerja Senin sampai Jumat mulai pukul 09.00 sampai dengan pukul 14.00. Untuk kunjungan siswa sekolah rombongan turis, lembaga dianjurkan membuat reservasi kunjungan selambat-lambatnya dua minggu di muka ke kantor MURI.
Kantor MURI Museum Rekor Dunia Indonesia
Alamat : Jalan Perintis Kemerdekaan No 275 Semarang.
Nomor Telepon : 024 7475172
Website: http://muri.org
Email : info[at]muri.org

4.         Museum Ranggawarsita

Museum yang terletak di jalan Abdurrahman Saleh ini merupakan museum terlengkap di Semarang yang memiliki koleksi sejarah, alam, arkeologi, kebudayaan, era pembangunan dan wawasan nusantara. Dengan nama yang diambil dari nama salah satu pujangga Indonesia, Ranggawarsita, yang terkenal dengan hasil karyanya dalam bidang filsafat dan kebudayaan, museum ini menempati luas tanah 1,8 hektare, museum ini dibuka setiap hari pukul 08.00 sampai 16.00 wib. Berjarak kurang lebih 3 Km dari tugumuda. Dan dapat dijangkau dengan transportasi umum maupun pribadi.
Museum Ranggawarsita mempunyai koleksi yang berjumlah 59.802 buah yang terbagi dalam 10 jenis, yaitu geologi, biologi, arkeologi, historika, filologi, numismatic, heraldika, kramologika, teknologika, ethnografika dan seni rupa. Museum Jawa Tengah Ranggawarsita merupakan sebuah aset pelayanan publik di bidang pelestarian budaya, wahana pendidikan dan rekreasi. Pendirian museum pertama kali dirintis oleh proyek rehabilitasi dan permuseuman Jawa Tengah pada tahun 1975 dan secara resmi dibuka oleh Prof Dr Fuad Hasan pada tanggal Juli 1989.
Museum Jawa Tengah Ranggawarsita Semarang:
Alamat: Jl Abdulrahman Saleh No 1 Kalibanteng Kulon Semarang Jawa Tengah.
Nomor Telepon: 024 7602389.
Email: info@museumranggawarsita.com
Website Resmi: www.museumranggawarsita.com
Jam layanan pukul 08.00 – 16.00 WIB, buka setiap hari termasuk akhir pekan dan libur nasional.
Harga Tiket Dewasa Rp 4.000,- anak anak Rp 2.000.
5.         Museum Mandala Bhakti
Museum Perjuangan Mandala Bhakti Semarang Mgr Soegijopranoto.
Bangunan ini pertama kali dirancang sebagai Raad van Justitie atau Pengadilan Tinggi bagi golongan rakyat Eropa di Semarang. Maka tidaklah heran apabila massanya sedemikian formal dan kaku. Perancangnya adalah arsitek I. Kuhr E. dari Firma Ooiman dan van Leeuwen. Bangunan ini terletak frontal dari arah jl. Pemuda tepat di depannya adalah lapangan Tugumuda (d.h Wilhelmina plein).Melihat dari tahun berkaryanya Ir. Kuhr E. di Indonesia, diperkirakan bahwa bangunan Raad van Justitie ini dibangun sekitar tahun 1930. Tahun 1950-an bangunan ini digunakan oleh Kodam IV Diponegoro sebagai Markas Besar Komando Wilayah Pertahanan II.
Museum Mandala Bhakti Semarang ini merupakan museum perjuangan TNI. Museum Mandala Bhakti Semarang ini menyimpan beberapa koleksi tentang data, dokumentasi, persejnjataan TNI baik yang tradisional hingga senjata yang modern. Serta alat-alat yang digunakan untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
Museum Mandala Bhakti Memiliki dua lantai dan orientasi bangunan ke arah Utara. Pondasi dari batu, srtuktur dari bata dan dinding dari bata berplester.Bentuk atap limasan dengan bahan penutup dari genteng. Terdapat serambi pada sepanjang sisi depan bangunan, baik pada lantai pertama maupun lantai kedua.Serambi lantai pertama dinaungi lantai balkom lantai kedua. Sedangkan serambi lantai kedua dengan atap yang menyatu dengan bangunan utama. Serambi ini sebagian dinding bagian atas. Entrance tampil menonjol dengan pelubangan yang berfungsi sebagai bovenlicht dan elemen estetis. Demikian juga dinding sebelahnya, dihiasi dengan lubang-lubang yang memberi kesan formal pada fasadenya.



Sumber :


Saturday, May 4, 2019

Sejarah Perang Padri dari Perang Saudara Menjadi Perang Melawan Belanda

Sejarah Perang Padri
Perang Padri merupakan perang yang pernah terjadi di Provinsi Sumatera Barat dan sekelilingnya mulau tahun 1803 hingga 1838. Khususnya di wilayah Kerajaan Pagaruyung. Awalnya perang ini terjadi karena perbedaan prinsip tentang agama tapi lama-lama menjadi perjuangan melawan penjajah. Perang ini merupakan peperangan melawan penjajah yang mengorbankan banyak hal. Mulai waktu yang cukup lama, harta benda dan banyak jiwa. Hasil akhir dari peperangan ini akhirnya dimenangkan oleh Belanda. Dampak lainnya seperti runtuhnya Kerajaan Pagaruyung, menurunnya ekonomi masyarakat Minang dan membuat orang-orang berpindah dari area konflik.
Sejarah
Perang ini tidak beda jauh dengan perang saudara. Maksudnya perang saudara antar sesama penduduk Sumatera Barat. Latar belakang Perang Padri sebenarnya diawali oleh keinginan Kaum Padri yang ingin memperbaiki moral masyarakat Minangkabau. Haji Sumanik, Haji Miskin dan Haji Piobang waktu itu pulang dari Mekkah dan ingin memperbaiki syariat islam masyarakat Minangkabau. Datanglah Tuanku Nan Renceh yang memiliki keinginan yang sama dengan tiga haji itu dan mendukungnya. Niat mulia mereka menarik banyak orang. Termasuk tokoh dan ulama Minangkabau yang bernama Harimau Nan Salapan. Perang Padri dimulai dengan munculnya pertentangan sekelompok ulama yang dijuluki sebagai Kaum Padri terhadap kebiasaan-kebiasaan yang marak dilakukan oleh kalangan masyarakat yang disebut Kaum Adat di kawasan Kerajaan Pagaruyung dan sekitarnya. Kebiasaan yang dimaksud seperti perjudian, sabung ayam, penggunaan obat terlarang, konsumsi miras, penggunaan madat dan penggunaan hukum matriarkat untuk pembagian warisan, serta longgarnya pelaksanaan kewajiban ritual formal agama Islam. Tidak adanya kesepakatan dari Kaum Adat yang padahal telah memeluk Islam untuk meninggalkan kebiasaan tersebut memicu kemarahan Kaum Padri, Padahal sebelumnya Kaum Adat sudah menyatakan diri memeluk islam dan berkata akan meninggalkan kebiasaan yang berlawanan dengan syariat islam. sehingga pecahlah peperangan pada tahun 1803. Perang saudara antar sesama Mandailing dan Minang. Pemimpin Kaum Padri adalah Harimau Nan Salapan sementara Kaum Adat dipimpin Sultan Arifin Muningsyah.
Tapi pada tahun 1833, Perang Padri berubah dari perang saudara menjadi perang melawan penjajah. Awal mulanya karena Kaum Adat yang terdesak malah memohon bantuan pada Belanda di tanggal 21 Februari 1821. walaupun sebetulnya Sultan Tangkal Alam Bagagar waktu itu dianggap tidak berhak membuat perjanjian dengan mengatasnamakan Kerajaan Pagaruyung.  Akibat dari perjanjian ini, Belanda menjadikannya sebagai tanda penyerahan Kerajaan Pagaruyung kepada pemerintah Hindia Belanda, kemudian mengangkat Sultan Tangkal Alam Bagagar sebagai Regent Tanah Datar. Keterlibatan Belanda dalam perang karena diundang oleh kaum Adat, dan campur tangan Belanda dalam perang itu ditandai dengan penyerangan Simawang dan Sulit Air oleh pasukan Kapten Goffinet dan Kapten Dienema pada bulan April 1821 atas perintah Residen James du Puy di Padang. Kemudian pada 8 Desember 1821 datang tambahan pasukan yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Raaff untuk memperkuat posisi pada kawasan yang telah dikuasai tersebut.
Pada tanggal 4 Maret 1822, pasukan Belanda dibawah pimpinan Letnan Kolonel Raaff berhasil memukul mundur Kaum Padri keluar dari Pagaruyung. Kemudian Belanda membangun benteng pertahanan di Batusangkar dengan nama Fort Van der Capellen, sedangkan Kaum Padri menyusun kekuatan dan bertahan di Lintau. Pada tanggal 10 Juni 1822 pergerakan pasukan Raaff di Tanjung Alam dihadang oleh Kaum Padri, namun pasukan Belanda dapat terus melaju ke Luhak Agam. Pada tanggal 14 Agustus 1822 dalam pertempuran di Baso, Kapten Goffinet menderita luka berat kemudian meninggal dunia pada 5 September 1822. Pada bulan September 1822 pasukan Belanda terpaksa kembali ke Batusangkar karena terus tertekan oleh serangan Kaum Padri yang dipimpin oleh Tuanku Nan Renceh.
Setelah mendapat tambahan pasukan pada 13 April 1823, Raaff mencoba kembali menyerang Lintau, namun Kaum Padri dengan gigih melakukan perlawanan, sehingga pada tanggal 16 April 1823 Belanda terpaksa kembali ke Batusangkar. Sementara pada tahun 1824 Yang Dipertuan Pagaruyung Sultan Arifin Muningsyah kembali ke Pagaruyung atas permintaan Letnan Kolonel Raaff, namun pada tahun 1825 raja terakhir Minangkabau ini wafat dan kemudian dimakamkan di Pagaruyung. Sedangkan Raaff sendiri meninggal dunia secara mendadak di Padang pada tanggal 17 April 1824 setelah sebelumnya mengalami demam tinggi.
Sementara pada bulan September 1824, pasukan Belanda di bawah pimpinan Mayor Frans Laemlin telah berhasil menguasai beberapa kawasan di Luhak Agam di antaranya Koto Tuo dan Ampang Gadang. Kemudian mereka juga telah menduduki Biaro dan Kapau, namun karena luka-luka yang dideritanya di bulan Desember 1824, Laemlin meninggal dunia di Padang.
Perlawanan yang dilakukan oleh Kaum Padri cukup tangguh sehingga sangat menyulitkan Belanda untuk menundukkannya. Oleh sebab itu Belanda melalui residennya di Padang mengajak pemimpin Kaum Padri yang waktu itu telah dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol untuk berdamai dengan maklumat "Perjanjian Masang" pada tanggal 15 November 1825. Hal ini dimaklumi karena disaat bersamaan Pemerintah Hindia Belanda juga kehabisan dana dalam menghadapi peperangan lain di Eropa dan Jawa seperti Perang Diponegoro.
Selama periode gencatan senjata, Tuanku Imam Bonjol mencoba memulihkan kekuatan dan juga mencoba merangkul kembali Kaum Adat. Sehingga akhirnya muncul suatu kompromi yang dikenal dengan nama "Plakat Puncak Pato" di Bukit Marapalam, Kabupaten Tanah Datar yang mewujudkan konsensus bersama Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah yang artinya adat Minangkabau berlandaskan kepada agama Islam, sedangkan agama Islam berlandaskan kepada Al-Qur'an.
Strategi Belanda : Menguasai Titik Vital
Belanda mulai berperang lagi setelah gencatan senjata yang dipimpin oleh Letkol Elout. Kali ini Belanda lebih siap daripada sebelumnya. Karena semua sudah dipersenjatai kembali, Diponegoro telah dikalahkan dan dana sudah cair. Belanda melanggar perjanjian dan mulai menyerang Lintau dan Pandai Sikek. Wilayah ini menghasilkan senjata api dan mesiu. Lalu membangun Fort de Kock di Bukittinggi. Setelah itu menaklukkan Luhak Tanah Datar pada tahun 1831.
Letkol Elout mendapat bantuan dari Sentot Prawirodirjo. Sentot merupakan panglima Diponegoro yang kelihatannya membelot dan memihak pada Hindia Belanda. Tapi tingkah Sentot di Lintau terlihat mencurigakan. Ternyata Sentot aslinya malah membantu Kaum Padri. Akhirnya Sentot malah dibuang di Bengkulu lalu meninggal di sana.
Belanda lalu menyerang lagi dan kini dibantu oleh Letkol Vermeulen. Jumlah infantri yang datang cukup besar. Mereka menyerang Luhak Limo Puluah, Luhak Agam dan Kamang. Kaum Padri mulai kalah dan hancur. Hingga Kaum Padri harus mundur ke daerah Bonjol. Beberapa Kaum Padri juga mencoba menyerang pertahanan Belanda di Padang Mantinggi dan membuat Belanda kewalahan.
Strategi Kaum Padri dan Kaum Adat : Bersatu Kita Teguh
Kesadaran Kaum Adat dan Kaum Padri untuk bersatu sebenarnya sudah sadar dari dulu. Mereka sama-sama sepakat bahwa semua semakin memburuk untuk Minangkabau sejak Belanda ikut campur. Pada tahun 1833, muncullah kompromi di antara dua kaum ini. Tiba-tiba, di tanggal 11 Januari 1833, ada serangan mendadak kubu-kubu pertahanan Belanda. Kecurigaan orang Belanda mengarah ke Sultan Tangkal Alam Bagagar. Belanda lalu menangkapnya atas tuduhan pengkhianatan. Tentu saja Sultan Tangkal menyangkal. Tapi petinggi tetap membuangnya ke Batavia.
Di titik ini inilah Belanda sadar bahwa kini Kaum Padri dan Kaum Adat sudah bersatu. Setelah penangkan Sultan Tangkal Alam Bagagar, Belanda membuat pengumuman yang bernama Plakat Panjang. Pengumuman ini menyatakan bahwa Belanda tidak berniat untuk menguasai Minangkabau, tapi hanya untuk berdagang. Pribumi tidak harus membayar pajak dan tetap di bawah pimpinan penghulu.
Lamanya penyelesaian peperangan ini, memaksa Gubernur Jenderal Hindia Belanda Johannes van den Bosch pada tanggal 23 Agustus 1833 pergi ke Padang untuk melihat dari dekat proses operasi militer yang dilakukan oleh pasukan Belanda. Sesampainya di Padang, ia melakukan perundingan dengan Komisaris Pesisir Barat SumatraMayor Jenderal Riesz dan Letnan Kolonel Elout untuk segera menaklukkan Benteng Bonjol, pusat komando pasukan Padri. Riesz dan Elout menerangkan bahwa belum datang saatnya yang baik untuk mengadakan serangan umum terhadap Benteng Bonjol, karena kesetiaan penduduk Luhak Agam masih disangsikan dan mereka sangat mungkin akan menyerang pasukan Belanda dari belakang. Tetapi Van den Bosch bersikeras untuk segera menaklukkan Benteng Bonjol paling lambat tanggal 10 September 1833, kedua opsir tersebut meminta tangguh enam hari sehingga jatuhnya Bonjol diharapkan pada tanggal 16 September 1833.
Taktik serangan gerilya yang diterapkan Kaum Padri kemudian berhasil memperlambat gerak laju serangan Belanda ke Benteng Bonjol, bahkan dalam beberapa perlawanan hampir semua perlengkapan perang pasukan Belanda seperti meriam beserta perbekalannya dapat dirampas. Pasukan Belanda hanya dapat membawa senjata dan pakaian yang melekat di tangan dan badannya. Sehingga pada tanggal 21 September 1833, sebelum Gubernur Jenderal Hindia Belanda digantikan oleh Jean Chrétien Baud, Van den Bosch membuat laporan bahwa penyerangan ke Bonjol gagal dan sedang diusahakan untuk konsolidasi guna penyerangan selanjutnya.
Kemudian selama tahun 1834 Belanda hanya fokus pada pembuatan jalan dan jembatan yang mengarah ke Bonjol dengan mengerahkan ribuan tenaga kerja paksa. Hal ini dilakukan untuk memudahkan mobilitas pasukannya dalam menaklukkan Bonjol. Selain itu pihak Belanda juga terus berusaha menanamkan pengaruhnya pada beberapa kawasan yang dekat dengan kubu pertahanannya.
Pada tanggal 16 April 1835, Belanda memutuskan untuk kembali mengadakan serangan besar-besaran untuk menaklukkan Bonjol dan sekitarnya. Operasi militer dimulai pada tanggal 21 April 1835, pasukan Belanda dipimpin oleh Letnan Kolonel Bauer, memecah pasukannya menuju Masang menjadi dua bagian yang bergerak masing-masing dari Matur dan Bamban. Pasukan ini mesti menyeberangi sungai yang saat itu tengah dilanda banjir, dan terus masuk menyelusup ke dalam hutan rimba; mendaki gunung dan menuruni lembah; guna membuka jalur baru menuju Bonjol.
Pada tanggal 23 April 1835 gerakan pasukan Belanda ini telah berhasil mencapai tepi Batang Gantiang, kemudian menyeberanginya dan berkumpul di Batusari. Dari sini hanya ada satu jalan sempit menuju Sipisang, daerah yang masih dikuasai oleh Kaum Padri. Sesampainya di Sipisang, pecah pertempuran sengit antara pasukan Belanda dengan Kaum Padri. Pertempuran berlangsung selama tiga hari tiga malam tanpa henti, sampai banyak korban di kedua belah pihak. Akhirnya dengan kekuatan yang jauh tak sebanding, pasukan Kaum Padri terpaksa mengundurkan diri ke hutan-hutan rimba sekitarnya. Jatuhnya daerah Sipisang ini meningkatkan moralitas pasukan Belanda, kemudian daerah ini dijadikan sebagai kubu pertahanan sambil menunggu pembuatan jembatan menuju Bonjol.
Walau pergerakan laju pasukan Belanda menuju Bonjol masih sangat lamban, hampir sebulan waktu yang diperlukan untuk dapat mendekati daerah Alahan Panjang. Sebagai frontterdepan dari Alahan Panjang adalah daerah Padang Lawas yang secara penuh masih dikuasai oleh Kaum Padri. Namun pada tanggal 8 Juni 1835 pasukan Belanda berhasil menguasai daerah ini.
Selanjutnya pada tanggal 11 Juni 1835 pasukan Belanda kembali bergerak menuju sebelah timur Batang Alahan Panjang dan membuat kubu pertahanan di sana, sementara pasukan Kaum Padri tetap bersiaga di seberangnya.
Pasukan Belanda berhasil mendekati Bonjol dalam jarak kira-kira hanya 250 langkah pada tengah malam tanggal 16 Juni 1835, kemudian mereka mencoba membuat kubu pertahanan. Selanjutnya dengan menggunakan houwitser, mortir dan meriam, pasukan Belanda menembaki Benteng Bonjol. Namun Kaum Padri tidak tinggal diam dengan menembakkan meriam pula dari Bukit Tajadi. Sehingga dengan posisi yang kurang menguntungkan, pasukan Belanda banyak menjadi korban.
Pada tanggal 17 Juni 1835 kembali datang bantuan tambahan pasukan sebanyak 2000 orang yang dikirim oleh Residen Francis di Padang dan pada tanggal 21 Juni 1835, dengan kekuatan yang besar pasukan Belanda memulai gerakan maju menuju sasaran akhir yaitu Benteng Bonjol di Bukit Tajadi.
Dalam pelarian dan persembunyiannya, Tuanku Imam Bonjol terus mencoba mengadakan konsolidasi terhadap seluruh pasukannya yang telah bercerai-berai dan lemah, namun karena telah lebih 3 tahun bertempur melawan Belanda secara terus menerus, ternyata hanya sedikit saja yang tinggal dan masih siap untuk bertempur kembali.
Tuanku Imam Bonjol menyerah kepada Belanda pada Oktober 1837, dengan kesepakatan bahwa anaknya yang ikut bertempur selama ini, Naali Sutan Chaniago, diangkat sebagai pejabat kolonial Belanda.
Pada tanggal 23 Januari 1838, Imam Bonjol dibuang ke Cianjur, dan pada akhir tahun 1838, ia kembali dipindahkan ke Ambon. Kemudian pada tanggal 19 Januari 1839, Tuanku Imam Bonjol kembali dipindahkan ke Lotta, Minahasa, dekat Manado, dan di daerah inilah setelah menjalani masa pembuangan selama 27 tahun lamanya. Pada tanggal 8 November 1864, Tuanku Imam Bonjol meninggal dunia pada tanggal 8 November 1864. Beliau dimakamkan di tempat pengasingannya tersebut.
Tuanku Imam Bonjol menulis autobiografi yang dinamakan Naskah Tuanku Imam Bonjol yang antara lain berisi penyesalannya atas kekejaman Wahabi Paderi. Tulisan tersebut merupakan karya sastra autobiografi pertama dalam bahasa Melayu disimpan oleh keturunan Imam Bonjol dan dipublikasikan tahun 1925 di Berkley, dan 2004 di Padang.


Meskipun pada tahun 1837 Benteng Bonjol dapat dikuasai Belanda, dan Tuanku Imam Bonjol berhasil ditipu dan ditangkap, tetapi peperangan ini masih berlanjut sampai akhirnya benteng terakhir Kaum Padri, di Dalu-Dalu (Rokan Hulu), yang waktu itu telah dipimpin oleh Tuanku Tambusai jatuh pada 28 Desember 1838.  Jatuhnya benteng tersebut memaksa Tuanku Tambusai mundur, bersama sisa-sisa pengikutnya pindah ke Negeri Sembilan di Semenanjung Malaya, dan akhirnya peperangan ini dianggap selesai kemudian Kerajaan Pagaruyung ditetapkan menjadi bagian dari Pax Netherlandica dan wilayah Padangse Bovenlanden telah berada di bawah pengawasan Pemerintah Hindia Belanda.
Akhir yang buruk untuk semua etnis Minangkabau. Tuanku Imam Bonjol berhasil ditangkap dan Belanda berhasil menguasai Benteng Bonjol pada tahun 1837. Perang masih terus berlanjut hingga pertahanan terakhir Kaum Padri, di Rokan Hulu, dikalahkan oleh Belanda pada tahun 28 Desember 1838. Tuanku Tambusai yang waktu itu memimpin Rokan Hulu terpaksa mundur dan pindah ke Negeri Sembilan yang terletak di Semenanjung Malaya. Semua perlawanan rakyat Minangkabau berhasil ditumpas oleh Belanda. Padangse Bovenlanden di bawah kendali Hindia Belanda dan Kerajaan Pagaruyung akhirnya menjadi bagian Pax Netherlandica.
Perang Padri termasuk peperangan dengan rentang waktu yang cukup panjang, menguras harta dan mengorbankan jiwa raga. Perang ini selain meruntuhkan kekuasaan Kerajaan Pagaruyung, juga berdampak merosotnya perekonomian masyarakat sekitarnya dan memunculkan perpindahan masyarakat dari kawasan konflik.


Sumber :