Monday, February 17, 2020

Mengenang Kembali Tragedi Hotel Yamato




Mengenang kembali tragedy hotel Yamato di Surabaya pada tahun 1945 untuk mengambil pelajarannya untuk kehidupan kini. Rasanya patut dilakukan sebuah peristiwa penting di negeri ini yang terjadi tepatnya pada tanggal 19 September 1945. Peristiwa ini sendiri nanti akan memicu peristiwa yang lebih besar yakni 10 November 1945, 10 November sekarang kita kenal sebagai Hari Pahlawan Indonesia.
Peristiwa bermula dengan pengibaran bendera Belanda, yakni Merah Putih Biru secara semena-mena oleh Belanda di Hotel Yamato Surabaya. Hotel Yamato sendiri sekarang telah berubah nama menjadi Hotel Majapahit Surabaya yang terletak di jalan. Tunjungan nomor 65 Surabaya.  Pada saat itu semangat Merdeka di Indonesia sedang berkobar tinggi, ini dapat dipahami karena memang baru sebulan sebelumnya yakni 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Kemarahan para pemuda di Surabaya tentu sangat beralasan, karena pengibaran bendera bukan hanya sebuah kain yang berkibar tertiup angin melainkan sebuah simbol suatu kekuatan.
Orang-orang eropa ini sebenarnya baru tiba pada 18 September 1945, AFNEI(Allied Forces Netherland East Indies) tentara Belanda tiba bersama pasukan Inggris dan Palang Merah Internasional dari Jakarta. Pengibaran bendera ini atas perintah W.V.Ch.Ploegman yang merupakan pemimpin organisasi Indo Europesce Vereniging (IEV) yang diangkat NICA menjadi walikota Surabaya. Pengibaran ini terjadi pada malam hari sebagai simbol perayaan terhadap ulang tahun Ratu Wilhelmina(31 Agustus).
Setelah gagalnya perundingan antara Sudirman (residen Surabaya) dan Mr. W.V.Ch Ploegman untuk menurunkan bendera Merah Putih Biru. Semangat pada pemuda masih membara karena setelah proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan dikeluarkan maklumat pemerintah Soekarno tanggal 31 Agustus 1945 yang menetapkan bahwa September 1945 gerakan pengibaran bendera nasional merah putih ke seluruh wilayah Indonesia.
Pada malam tanggal 19 September 1945 tepatnya pukul 19.00 terjadi pengibaran bendera itu, merah putih biru yang merupakan bendera Belanda. Ini dapat dianggap sebagai Belanda ingin berkuasa kembali di Indonesia dan menghina proklamasi kemerdekaan Indonesia. Juga ini dianggap sebagai penghinaan gerakan pengibaran bendera merah putih di Indonesia.
Kabar tersebut tersebar cepat di seluruh kota Surabaya, dan Jl. Tunjungan dalam tempo singkat dibanjiri oleh massa yang marah. Massa terus mengalir hingga memadati halaman hotel serta halaman gedung yang berdampingan penuh massa yang diwarnai amarah. Di sisi agak belakang halaman hotel, beberapa tentara Jepang berjaga-jaga untuk mengendalikan situasi tak stabil tersebut.
Tak lama setelah mengumpulnya massa tersebut, Residen Sudirman, pejuang dan diplomat yang saat itu menjabat sebagai Wakil Residen (Fuku Syuco Gunseikan) yang masih diakui pemerintah Dai Nippon Surabaya Syu, sekaligus sebagai Residen Daerah Surabaya Pemerintah RI, datang melewati kerumunan massa lalu masuk ke hotel Yamato dikawal Sidik dan Hariyono. Sebagai perwakilan RI dia berunding dengan Mr. Ploegman dan kawan-kawannya dan meminta agar bendera Belanda segera diturunkan dari gedung Hotel Yamato. Dalam perundingan ini Ploegman menolak untuk menurunkan bendera Belanda dan menolak untuk mengakui kedaulatan Indonesia. Perundingan berlangsung memanas, Ploegman mengeluarkan pistol, dan terjadilah perkelahian dalam ruang perundingan. Ploegman tewas dicekik oleh Sidik, yang kemudian juga tewas oleh tentara Belanda yang berjaga-jaga dan mendengar letusan pistol Ploegman, sementara Sudirman dan Hariyono melarikan diri ke luar Hotel Yamato.
Di luar hotel, para pemuda yang mengetahui berantakannya perundingan tersebut langsung mendobrak masuk ke Hotel Yamato dan terjadilah perkelahian di lobi hotel. Sebagian pemuda berebut naik ke atas hotel untuk menurunkan bendera Belanda. Hariyono yang semula bersama Sudirman kembali ke dalam hotel dan terlibat dalam pemanjatan tiang bendera dan bersama Kusno Wibowo berhasil menurunkan bendera Belanda, merobek bagian birunya, dan mengereknya ke puncak tiang kembali. Peristiwa ini disambut oleh massa di bawah hotel dengan pekik 'Merdeka' berulang kali.
Setelah insiden di Hotel Yamato tersebut, pada tanggal 27 Oktober 1945 meletuslah pertempuran pertama antara Indonesia melawan tentara AFNEI. Serangan-serangan kecil itu ternyata dikemudian hari berubah menjadi serangan umum yang memakan banyak korban baik di militer Indonesia dan Inggris maupun sipil di pihak Indonesia. Akhirnya Jenderal D.C. Hawthorn meminta bantuan Presiden Soekarno untuk meredakan situasi dan mengadakan gencatan senjata. Gencatan senjata tersebut gagal dan ditambah dengan tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby, berakibat pada dikeluarkannya ultimatum 10 November oleh pihak Inggris dan terjadinya Pertempuran 10 November yang terbesar dan terberat dalam sejarah Perang Kemerdekaan Indonesia dan ditetapkan menjadi Hari Pahlawan.



No comments:
Write comments